Lima fakta mencengangkan tentang PSK di Sintai Batam

<strong>Lima fakta mencengangkan tentang PSK di Sintai Batam</strong>

Lima fakta mencengangkan tentang PSK di Sintai Batam

Untuk mengatasi masalah pelacuran di Batam, didirikanlah Pusat Rehabilitasi Sosial Non Panti (PRSNP) Tanjungpandan atau sintai batam dulunya. PSK yang marak di beberapa titik Kota Batam menggelegar dan menumpuk di kawasan ini.

Sintai Batam pertama kali dibangun untuk merawat pelanggar seksual sehingga mereka dapat melanjutkan “jalan yang benar”. Penduduk setempat menawarkan keterampilan. Petugas juga melakukan pemeriksaan kesehatan rutin terhadap mereka.

Akibatnya, PSK tersebut juga dapat digunakan dalam bisnis pub dan hiburan lingkungan. Izin Kawasan Wajib Kondom juga tersedia.

Pembinaan, seperti mengeluarkan skill, tetap dilakukan. Hal ini seharusnya menjadi aba-aba mereka untuk kembali ke keramaian dan melakukan perburuan nafkah yang “baik-baik”. Mereka digiring ke balai desa oleh Nantinya dengan tenang.

Menurut Perda Kota Batam No. 6 Tahun 2002 tentang Ketertiban Sosial Pasal 8 ayat 2 Perda No. 16 Tahun 2002, harus ada pengawasan ketat dari Pemko Batam agar jumlah PSK tetap sama. Risiko perkembangan AIDS yang cukup besar ada untuk PSK.

1 Acap Kali Datangkan PSK Baru

Beberapa kasus PSK ABG dikomunikasikan ke lokasi sintai Batam. Mengeksploitasi anak-anak di bawah atap adalah praktik yang lazim di tempat ini.

Polisi saat ini sedang menyelidiki kasus perdagangan manusia di daerah Sintai Batam, Tanjunguncang, dan Kecamatan Batuaji. Beberapa orang diidentifikasi sebagai “tersangka”. Mereka bekerja dengan anak-anak di bar terdekat.

Sm dan Ds keduanya adalah bartender dan muncikarian. Seperti (15), yang juga terletak di ufuk, adalah perekrut gadis-gadis belia dalam hal ini.

Menurut Kombes Pol Prasetyo Rachmat Purboyo dari Kapolresta Barelang, kedua gadis beli itu tergolong pekerja seks. Menurut Prasetyo, Rabu (8/1/2010) “Satu tersangka masih juga di bawah umur, sebagai perekrut dan membawa korban ke Batam pada Minggu 5 Januari 2020.”

Kedua gadis tersebut saat ini sedang membantu seorang penumpang yang akan melakukan perjalanan ke Bar di Batam. “Minggu mereka datang, dan malamnya langsung dilindungi oleh polisi,” kata Kapolres.

Ibalan uang dan pekerjaan Batam disebutkan oleh Tersangka dalam dua gadis tersebut.

2. Kedua, PSK Bersolek Sembi Uang Rp 200 Ribu

Untuk memberikan layanan tersebut, salah seorang PSK Nunu (23) mengaku mengenakan tarif Rp 200 per jam untuk pelayanan berdurasi 30 menit untuk setiap melintas laki-laki. Kota Sintai Batam, Tanjunguncang, Batam, dan Kepri menjadi tuan rumah pawai ini.

Tidak banyak Tamu yang rutin menggunakan jasanya di pagi hari. “Biasanya ada 2 atau 3 tamu yang bisa ditemukan. Juga tidak setiap waktu sama.” Seorang perempuan kelahiran Tanjung Priok menyebutkan hal itu.

Nunu, kamu sudah bekerja di industri seks komersial selama hampir dua tahun “sebelum ke titik utama. Selama saya bekerja di Jakarta. Lalu di Pucuk Jambi,” dia memberikan penjelasannya kepada Batamnews.

3. Di urutan ketiga, Satu Malam Bisa 4 Orang Kalau Lagi Rame

Seorang wanita berusia 23 tahun bernama Lita bekerja sebagai PSK di Tanjunguncang, lingkungan Sintai Batam. Ia menganggapnya sebagai kemenangan penting pertamanya dalam hidupnya.

Dari Indramayu, Jawa Barat, adalah seorang wanita muda bernama Lita. Wanita berambut panjang dan memancarkan aura sehat meski baru bekerja selama satu bulan. “Saya sebelumnya melakukan pekerjaan lepas. Indramayu jarang menjadi tempat orang bernyanyi dan berinteraksi” ujarnya.

Seperti Nunu, Lita memenuhi kebutuhannya setiap hari. Gunakan aroma tubuh yang ampuh yang dimaksudkan untuk memikat dan menggoda untuk menarik perhatian pribadi individu yang ingin mempekerjakan jasa mereka.

4. Situasi HIV/AIDS di Kawasan Ini 

Sejak 1990-an, Sintai Batam atau yang dikenal dengan Blok S terus dipertahankan pemerintah. Tujuan awalnya adalah memperkuat PSK di kota tetangga Jodoh dan Nagoya.

Karena seringnya penggunaan mariyuana oleh penduduk setempat, ratusan, bahkan ribuan, wanita yang berpartisipasi dalam pekerjaan seks menghindari pub, rumah, dan lokasi publik lainnya di mana fasilitas ini ada sejak pertama kali diterbitkan.

Tepat sebelum Kota Batam, Sintai Batam terletak sekitar 30 kilometer dari Nagoya. Areanya tidak terlalu besar. Jalannya juga kecil dan rusak, berdebu.

5. Penanaman Kawasan Sintai Batam Desakan

Anggota Komisi Perdamaian Pastoral Migran Perantau (KPPMP), Rohaniawan Crisanctus Paschal Saturnus, mendorong penggunaan kata “tempat rehabilitasi non panti” di beberapa wilayah Sintai Batam.

“Entah tempat pelacuran yang dilegalkan atau tempat rehabilitasi non-puni. Mengingat di tempat ini sudah beberapa kali diperjualbelikan orang identik,” pada 1 Oktober 2020, Romo Paschal memberikan keterangan singkat kepada Batamnews.

Aman, perwakilan DPRD Batam, juga meminta Pemko Batam segera menutup pusat rehabilitasi non-panti fasilitas tersebut. Pada Sabtu, 11 November 2020, Aman yang juga anggota Komisi IV Batam mengatakan, “Dari dulu kami sudah minta agar kawasan tersebut ditertibkan.”

thewebgenic

leave a comment

Create Account



Log In Your Account